Kampung Inggris - My Pare | Speaking | Grammar | Vocab | Pronoun | Sound Structure

Sejarah Kampung Inggris

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://my-pare.blogspot.co.id/"><img alt="http://my-pare.blogspot.co.id/" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGQ-bKGjNcTaFeQsvcb301byxcUDccUPuWstTtwkx3T07bOYaTkio9MbmJjXBCSvRTeofUq3oSdCJfMgwCmNexDz2cedofvxRvwV6pzvGth72a7bXl2-Dfz8PPoHpYp6niA1DT-jJXNyGO/s1600/Pare+garuda.jpg" /></a></div>
Hello Guys?</div>


 
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Ternyata Pare itu bukan bukan cuma
sejenis sayur-sayuran yang bentuknya bulat lonjong seperti mentimun. Kalau
mentimun kulitnya mulus, sedangkan pare ini kulitnya
kasar berkerut melilit dari pangkal ke ujung. Nah, di sini yang
akan kita bahas bukan soal buah atau sayur-sayuran, melainkan nama tempat yang
di Indonesia. Jadi, memang ada nama daerah bernama Pare. Bahkan bukan cuma di
daerah Sulawesi saja yang lebih dikenal dengan kata “Pare-pare” tapi di
Jawa Timur pun ada di desa yang bernama Pare tepatnya berada di daerah
Kediri Jawa Timur.</div>


 
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Sejarah</div>


 
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Sejarah mulai berdirinya Pare
Kampung Inggris di Kediri Jatim, mungkin tidak banyak yang
menegetahui bagaimana proses berdirinya salah satu lembaga pendidikan
berbahasa yang menjadi pusat belajar bahasa Inggris  bagi ribuan
orang. saat ini sudah mulai banyak dikenal oleh masyarakat luas bahkan mancan
Negara. Bahkan pelajar dari sejumlah negarapun turut datang hanya untuk bisa
dan belajar di kampung yang dikenal Kampung Inggris ini.</div>


 
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Pria kelahiran 4 Pebruari 1945
yang tampak sederhana nan begitu bersahaja. Bermula pada tahun 1976 silam,
Kalend Osen adalah seorang santri asal Kutai Kartanegara yang tengah
menimba ilmu di Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Menginjak kelas
lima, dia terpaksa meninggalkan bangku sekolah karena tidak kuat menanggung
biaya pendidikan. Bahkan, keinginannya pulang kembali ke kampungnya gagal
karena tiada biaya. Dalam suatu situasi yang sulit itu seorang temannya memberitahukan
adanya seorang ustazd yang bernama KH Ahmad Yazid di Pare. Beliau adalah
sosok guru sekaligus guru spiritual dari Bapak Kalend Osen. Ketika itu, Bapak
Kalend Osen merasa terdorong untuk bertemu dan belajar pada Kyai Ahmad Yazid
yang saat itu terkenal menguasai beberapa bahasa asing (diketahui Beliau
menguasai 8 bahasa asing, itu belum termasuk bahasa daerah loh, wow).</div>


<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Seperti diketahui, Beliau
juga sering dimintai tolong oleh mantan presiden kita yang saat itu adalah
masa Presiden Bapak Soeharto, sebagai penerjemah Bahasa Indonesia ke beberapa
bahasa negara asing lainnya. Karena hal inilah Bapak Kalend Osen yang saat itu
masih mudah semakin fasih dalam menggunakan Bahasa Inggris. Kalend muda
kemudian berniat berguru dengan harapan minimal dapat menguasai satu atau dua
bahasa asing darinya. Ia lalu mulai tinggal dan belajar di Pesantren Darul
Falah, Desa Singgahan, milik Ustaz Yazid dan mungkin karena faktor
kebetulan ke hehee.</div>

<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Awalnya dari kedatangan dua mahasiswa
asal IAIN Sunan Ampel Surabaya, dimana kedua pemuda tersebut ingin belajar
Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Seperti yang diketahui, syarat untuk ikut ujian
negara mereka terlebih dahulu harus lolos dari ujian dua bahasa terlebih
dahulu. Dua pemuda inilah yang akhirnya menjadi dua orang tokoh penting
berdirinya Kampung Inggris ini. Kedua tokoh ini bernama Umar Abdullah dan
Sukardiono. Umar Abdullah adalah asli orang Purwoasri, Kediri.
Sedangkan Sukardiono asli orang Kertosono, Nganjuk. Dimana kedua orang ini
akhirnya diberi pelajaran langsung oleh Bapak Kalend Osen setelah sebelumnya
Bapak Kalend Osen mendapat mandat dari Alm gurunya Kyai Ahmad Yazid.</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Dari perjuangan Bapak Kalend Osen sang
Pendiri BEC, salah satu english camp dikampung inggris pare
pertama di Jatim. Kalend Osen sendiri berkewarganegaraan Indonesia yang
berasal dari Kalimantan Timur, Tokoh  Guru sederhana yang telah
menjadikan (menghasilkan) ratusan ribu (agak lebaysi tapi emang bener ko
hhe) murid yang kini tersebar di seluruh Indonesia, bahkan mancan negara dibelahan
Dunia lainnya (yang ngerti jangan ketawa Haha), yang hingga saat ini masih
terus berdatangan. Hal ini bukanlah tidak mungkin, sosok Kalend Osen,
pribadi yang disiplin dan sederhana, selalu memberikan motivasi dan pengajaran
terbaik kepada semua murid-muridnya, baik yang kini masih aktif ataupun
mereka-meraka para alumni yang telah menjadi pendiri dan tutor-tutor kursusan
di Kampung Inggris. Saling bahu membahu, berkomunikasi, dan katanya  orang
tua dulu yang berada disana ada istilah “getok tular ilmu”, adalah dasar-dasar
asal mulanya terbentuknya Kampung Kursus Pare, berawal dari satu kursus dan
menjamur menjadi ratusan lembaga.</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Hingga jika terus di telusuri lagi,
ternyata Pare sudah terkenal di seluruh dunia karena di sinilah antropolog
kaliber dunia, Clifford Geertz – yang saat itu masih menjadi
mahasiswa doktoral – melakukan penelitian lapangannya yang kemudian ditulisnya
sebagai sebuah buku yang berjudul The Religion of Java. Dalam
buku tersebut Geertz menyamarkan Pare dengan nama “Mojokuto”. Di Pare, antropolog
ini sering berdiskusi dan berkonsultasi dengan Kyai Yazid ibnu Thohir yang
merupakan perintis adanya Kampung Inggris, yang juga merupakan salah satu
narasumber yang membantu antropolog tersebut dalam menyelesaikan bukunya.
(id.wikipedia.org)</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Seperti yang telah diberitakan oleh
slah satu media televisi nasional akhir-akhir ini, yaitu Liputan6 SCTV, tentang
Sosok Kalend Osen dalam “Sejarah Asal Mula Kampung Inggris Pare Kediri”,</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Budaya</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Kampung Inggris Pare termasuk kota
jadoel alias lama.  Yang terbukti dari keberadaan dua candi tidak jauh
dari pusat kota, yakni Candi Surawana dan Candi Tegowangi, serta
adanya patung “Budo” yang berada tepat di pusat kota. Ketiga peninggalan
ini membuktikan bahwa Pare telah lahir beberapa juta tahun lalu. Dahulu di
Pare terdapat jalur kereta api dari Kediri ke Jombang, tetapi sekarang
hanya tersisa relnya saja dan Stasiun Pare. Sedangkan Stasiun Pare
mempunyai jalur cabang menuju Stasiun Papar. Namun sampai sekarang
tidak diketahui lagi dengan pasti kapan kota Pare berdiri dan siapa
pendirinya. hhe maap</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Lokasi</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Pare terletak 25 km sebelah timur laut
Kota Kediri, atau 120 km barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur
Kediri – Malang dan jalur Jombang – Kediri serta Jombang -Blitar. Bagi
kamu yang ingin menuju kampung inggris namun bingung tidak tahu rutenya,
berikut ini akan kami sajikan Rute Mudah Menuju Kampung Inggris. Untuk
Menuju Kampung Inggris Pare dari wilayah manapun, bagi kamu yang menggunakan
Transportasi Darat (Bus & Kereta Api), kamu bisa menuju dua titik
tempat ini sebagai patokan yaitu Jombang dan Kediri. Sedangkan bagi kamu yang
menuju Pare mengunakan Transportasi Udara (Pesawat Terbang) maka kamu
bisa menuju bandara Juanda Surabaya terlebih dahulu. Nah, dari tiga tempat
tersebut (Jombang, Kediri /Bandara Juanda) baru menuju
Kampung Inggris Pare.</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Kondisi Lingkungan</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Kota Pare yang berada pada ketinggian
125 meter di atas permukaan laut (DPL) ini mempunyai udara yang tidak terlalu
panas. Berbagai jenis jajanan dan makanan enak dan higienis dengan harga
“kampung” dapat dijumpai dengan mudah di kota kecil ini. Berbagai infrastruktur
dan fasilitas kehidupan kota juga dengan mudah dapat dijumpai seperti hotel,
rumah sakit (yang besar HVA dan RSUD rumah bersalin yang lengkap pun juga ada),
ATM bersama, warnet 24 jam ber-AC, masjid, dan lain sebagainya. Di sebelah
timur kauman terdapat pengurus masjid dan keluarganya. Pusat-pusat kediaman
Belanda dan priyayi lainnya terlihat di bagian pinggir sebelah barat. Kelompok
perawat Belanda dan pegawai jawa, ahli farmasi, bidan dan lain-lain – yang
kebanyakan beragama kristen – tinggal di sekitar rumah sakit
HVA Tempat-tempat rekreasi pun telah ada semenjak tahun 1970-an meskipun
sederhana, seperti Pemandian “Canda-Bhirawa” Corah dan alun-alun “Ringin
Budo”serta sentra ikan hias di dsn Surowono Desa Canggu.</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Ekonomi</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Pare memiliki tanah yang subur bekas
letusan Gunung Kelud dan tidak pernah mengalami kekeringan. Produk agraria
andalan dari Pare adalah bawang merah, biji mente danmelinjo. Sedangkan
oleh-oleh khas dari Pare antara lain adalah tahu kuning dan gethuk pisang. Di
Pare sudah lama bermunculan industri menengah bertaraf internasional, seperti
industri plywood dan pengembangan bibit-bibit pertanian. Pada tahun 1930, kota
Pare telah mengalami banyak perubahan. Pasar ke arah selatan. Di sekitar pasar
berkelompok yang kebanyakan merupakan permukiman pedagang dan ada beberapa yang
asli dari luar Jawa.</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Tempat wisata</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Kecamatan Pare Kediri memiliki beberapa
tempat wisata, diantranya:</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Wisata
Gunung Kelud</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Monumen
Simpang Lima Kediri</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Air
Terjun Dolo</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Candi
Surowono</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Bendungan
Gerak Waru Turi</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Gumul
Paradise Island</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Rafting
di Kediri</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Gereja
Tua Pohsarang</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Sumber
Ubalan</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin: 15pt 0cm 7.5pt;">
Kesehatan</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-bottom: 11.25pt;">
Kecamatan Pare memiliki beberapa sarana
kesehatan, yaitu:</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
RSUD
Kediri, di Pelem</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
RS
HVA Tulungrejo, di Tulungrejo</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
RSIA
Nur Aini, di Tulungrejo</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Brata
Medika, di Tulungrejo</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%; margin-left: 33.75pt; text-indent: -18pt;">
·        
Puskesmas
Pare, di Bendo</div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%;">
 </div>
<div class="MsoNormal" style="background: white none repeat scroll 0% 0%;">
Pare terutama
Desa Pelem dan Tulungrejo juga dikenal mempunyai potensi pengembangan kursus
Bahasa Inggris. Saat ini lebih banyak bermunculan berbagai jenis bimbingan
belajar terutama kursus-kursus Bahasa Inggris. Lebih dari 150 buah lembaga
bimbingan belajar menawarkan kursus Bahasa Inggris dengan program program D2,
D1 atau short course berdurasi 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, 1 bulan, 2 bulan,
3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, dan 6 bulan, Kampung Inggris sangat ramai terutama
pada waktu liburan semester. Tidak hanya kursus bahasa Inggris di Kampung
Inggris juga tersedia lembaga kursus yang membuka program kursus bahasa Arab,
Jepang, Mandarin, Korea, dan kursus bahasa Prancis. Dalam hal ini, kota Pare
sebagai pusat belajar Bahasa Asing yang murah, efisien dan efektif sudah
terkenal hingga keluar Pulau Jawa. </div>

Sejarah Kampung Inggris

Hello G uys? Ternyata Pare itu bukan bukan cuma sejenis sayur-sayuran yang bentuknya bulat lonjong seperti mentimun. Kalau ment...

Baca selengkapnya »

Mitos Tentang Kampung Inggris

Informasi 01.27

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLiqOYD_jzIyJIsGkBJTFj8Yc0NM6PcEdIvyzyphqlF1EAJ6XevB9sbEPXuL24s2YIVy5KBJz3GnbY4w1cj4aU6NFhof9AkHJxrlHtPNXTWNuqtPvNezg-L63z0bFUqwRQB69eejfBxnRT/s400/mitos2.jpg" width="400" /></div>
 
My Pare - Mitos Tentang Kampung Inggris – Kampung inggris? nama kampung ini menyebar dari mulut ke mulut sampai akhirnya kampung inggris terkenal sebagai kampung yang khas dengan bahasa inggris. Namanya juga kampung inggris, pasti tempat ini identik dengan bahasa inggris. “kalau kamu mau belajar bahasa inggris, ke kampung inggris aja” banyak orang yang selalu bilang seperti itu kepada teman-temannya. Memang, ada apa sih di kampung inggris? Apa betul kampung inggris adalah kampung yang bisa bikin kita jago inggris secara instant?  Nah, untuk menjawab pertanyaan itu, kamu perlu kenal dulu, apa sih sebenarnya kampung inggris. 
 
Kampung inggris sebetulnya merupakan julukan untuk sebuah kampung yang di dalamnya banyak sekali tempat kursus bahasa inggris. Kampung ini mulai tersohor sejak tahun 90-an. Uniknya, bahkan perintis kampung inggris sendiri, Bapak M. Kalend Osen mengakui tidak pernah memberi nama kampung ini dengan kampung inggris. Sebutan itu datang begitu saja dari orang-orang yang berkunjung kesini. Semakin terkenal, semakin banyak orang yang menyebut-nyebut kampung inggris Pare. Tapi kebanyakan dari mereka hanya mengira-ngira seperti bagaimana sih tepatnya kampung inggris itu. Maklum saja, untuk menjangkau kampung inggris butuh transportasi dari tempat asal menuju Pare, Kabupaten Kedri Jawa Timur. Alhasil, banyak orang yang tidak bisa melihat langsung dan munculah berbagai mitos tentang kampung inggris. Apa saja ya mitos yang banyak beredar di kalangan masyarakat? simak info lengkapnya berikut: 
 
1. Semua penduduk lokal berbahasa inggris 
 
Banyak yang mengira bahwa penduduk di kampung inggris 100% berbahasa inggris. Mungkin, dikira mirip perkampungan di Texas atau Houston gitu kali ya? hehe. Padahal kampung inggris adalah kampung asli pribumi yang berlokasi di Kediri Jawa Timur. Memang betul bahwa beberapa kalangan penduduk di sini fasih berbahasa inggris. Misalnya, beberapa pedagang bakso keliling di kampung inggris yang sudah terbiasa puluhan tahun melayani siswa yang cas cis cus bahasa inggris, akhirnya menjadikan ngomong inggris sebagai kebiasaan. Namun selebihnya, penduduk di kampung ini adalah penduduk biasa yang berbahasa Indonesia atau bahasa jawa. So, bayangkan saja ya, para pedagang aja bisa terbawa suasana dan jago ngomong inggris, gimana dengan kamu yang tinggal sambil belajar? pasti kampung inggris adalah pilihan tepat untuk belajar bahasa inggris efektif. 
 
2. Kampung inggris kampung terisolir 
 
Jarak 45 menit dari Kota Kediri dan 3 jam dari Surabaya, mungkin membuat banyak orang berpikir bahwa kampung inggris adalah salah satu kampung yang lokasinya terisolir dari Kota Kediri. Ditambah lagi dengan sepeda ontel sebagai transportasi kampung inggris, wajar saja jika banyak orang menyangka bahwa kampung inggris ini tidak memiliki akses untuk mobil dan motor, jalannya sempit dan jelek. Padahal, di pinggiran kampung inggris terdapat akses jalan menuju Kediri, Jombang, Malang dan Surabaya, sehingga jalan raya di kampung ini mulus dan ramai dengan kendaraan. Jadi, kamu bisa membawa motor, mobil, atau bahkan bis ke dalam kampung inggris. Jarak antara kampung inggris dengan Kota Pare juga tidak terlalu jauh, bisa ditempuh dnegan sepeda ontel. 
 
3. Kampung inggris bukan tempat kursus 
 
Beberapa orang yang sempat ditanya, apa yang pertama kali kamu pikirkan tentang kampung inggris? mereka membayangkan bahwa kampung inggris hanyalah kampung yang isinya penduduk berbahasa inggris bahkan banyak orang bule, sehingga kalau kita ke sana, hanya perlu tinggal dan berkomunikasi setiap waktu dengan mereka maka kita akan jago berbahasa inggris. Faktanya, kampung inggris merupakan kumpulan dari ratusan lembga kursus. Hingga tahun 2015 ini, ada sekitar kurang lebih 156 tempat kursus bahasa inggris. 
 
4. Kampung inggris: sebuah komplek kecil yang wajib bahasa inggris 
 
Mitos lain tentang kampung inggris yaitu kampung ini merupakan komplek kecil yang memiliki pembatas dengan “dunia luar” (seperti komplek perumahan) dan di dalam komplek tersbut wajib berbahasa inggris. Kenyataannya, kampung inggris ini meliputi dua desa, yaitu Desa Tulungrejo dan Desa Pelem. Oleh karena itu, kampung inggris bisa menampung ratusan lembaga kursus dan ribuan pelajar yang datang tiap tahunnya. 
 
5. Jaminan pasti bisa bahasa inggris di Kampung Inggris 
 
“Di kampung inggris, bisa langsung dapet TOEFL score 677 dalam waktu 2 minggu” atau “ke kampung inggris aja, dijamin lancar ngomong inggris 2 minggu”. Wah, mitos ini sangat biasa muncul di masyarakat umum. Apakah benar ada jaminan bisa bahasa inggris? padahal kemampuan tiap orang berbeda-beda dan semua tergantung pada siswanya, apakah sungguh-sungguh belajar atau hanya ingin jalan-jalan. Jadi, kampung inggris bukan tempat belajar bahasa inggris instant apalagi ajaib bisa membuat seseorang langsung ahli layaknya native speaker. Hanya saja, memang betul sistem belajar di kampung inggris bisa dikatakan intensif, karena berbahasa inggris disini mulai dari di kelas, di camp, bahkan di tempat umum. Adanya budaya ngobrol bahasa inggris juga bisa mendukung para siswa agar lebih cepat menguasai speaking bahasa inggris. 
 
6. Selama di kampung inggris, tinggal di rumah penduduk 
 
Pilihan tempat tinggal selama di kampung inggri ada 2, yaitu camp dan kosan. Kosan kampung inggris merupakan improvisasi dari rumah warga yang kemudian dirubah sedemikian rupa menjadi kosan. Masyarakat disini juga memberi nama kosan mereka dengan nama-nama inggris seperti chafa house, green house, girl’s dormitory, dan lainnya. Sedangkan camp kampung inggris lebih seperti asrama dengan bangunan lebih besar. Kalaupun ada, rumah penduduk biasanya hanya disewakan beberapa lama untuk pengunjung yang berwisata ke kampung inggris, atau para orang tua siswa yang ingin bermalam di kampung inggris beberapa hari. 
 
7.  Sepi dari fasilitas 
 
Kampung inggris sepi dari ATM, shopping center, warung makan? Wah, kamu harus tau nih kalau di kampung inggris tersedia berbagai jenis ATM, penyewaan speda dan travel, berbagai rumah makan, penginapan, minimarket, bahkan fitness center juga ada di kampung inggris. Jadi jangan khawatir kamu bakal bingung mencari fasilitas umum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 
 
8. Kampung inggris, ndeso banget 
 
Ndeso? No, di kampung inggris, khususnya di sepanjang Jalan Brawijaya kamu akan melihat sebuah kampung yang hidup banget. Bahkan di malam hari, anak-anak yang baru selesai program malam akan ramai di berbagai rumah makan. Tempat nongkrong di kampung inggris juga tak kalah ramai, sebut saja Parecorner, Pareholic, GeDe, Oplostar, Cabe-cabean cafe, Wapo Serta Warung yang Free Wifi dan ada Layar Lebar (WARTEGS25), dan lainnya. Wifi coner dan warung internet juga bisa dengan mudah kamu temui. Jadi kamu bisa tetap belajar sambil have fun di kampung inggris. 
 
9. Guru di kampung inggris adalah native speaker 
 
Ada lagi mitos tentang guru di kampung inggris yang merupakan native speaker atau penutur asli bahasa inggris. Fasktanya, tidak semua guru di lembaga kursus kampung inggris merupakan bule dari luar. Ada beberapa native speaker yang menjadi guru namun tidak di semua lembaga. Beberapa lembaga lainnya juga kadang kedatangan tamu native speaker di momen terntentu. Rata-rata guru bahasa inggris di kampung inggris merupakan asli lulusan lembaga kursus di kampung inggris, ataupun sarjana pendidikan bahasa inggris. 
 
10. Biaya hidup murah di kampung inggris 
 
Nah, kalau yang satu ini bukan mitos, tetapi asli fakta. Beberapa joke dari alumni kampung inggris  “wah, ini sih gaji saya sebulan di jakarta bisa untuk biaya hidup setahun di kampung inggris”. wajar saja, karena rerata biaya hidup di kampung pelajar ini relatif lebih murah. Bayangkan saja, kamu masih bisa menemukan nasi kuning seharga RP 2.000 dan gorengan RP 500 saja di kampung inggris. Namun demikian, kamu harus tetap bisa memanage uang selama belajar di sini, salah satu caranya adalah dengan membuat perencanaan biaya.

Mitos Tentang Kampung Inggris

My Pare - Mitos Tentang Kampung Inggris – Kampung inggris? nama kampung ini menyebar dari mulut ke mulut sampai akhirnya kampung inggris ...

Baca selengkapnya »

7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English

Informasi 01.17

<div class="separator" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirVpcyWJZOqUMSW2Zli9t5r_N-EuMoxL54fINwKQHzJiGY8evaTpWRL0gpmC7Xo74Si6kWQ5I7CCRuR65luN6_xYBwHR_OHsW3BBIPzO4gTcWldHjVYHoWzT_wF07Tamj4PQKNiwF0XR1q/s1600/images.jpg" /></div>
My Pare - 7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English – Kampung Inggris Pare seperti surga bagi mereka yang suka belajar bahasa inggris. Di sini, kamu bisa memilih tempat kursus sesuka hati, karena di kampung inggris ada 100 lebih lembaga kursus. Kamu juga bisa mencoba berbagai metode belajar dari beberapa lembaga kursus di sini. Uniknya, kampung inggris bukan hanya tempat belajar biasa, namun kampung ini seperti tempat dimana kita bisa menemukan bahasa inggris ada dimana-mana. Di kelas, di warung makan, di kosan, di ATM, di warung, dan lainnya. Inilah yang menjadikan kampung inggris tempat yang pas untuk para pelajar karena dengan menjadikan bahasa inggris sebagai habit, mereka akan cepat bisa berbahasa inggris. 
 
Kampung inggris memang tempat yang bagus untuk belajar dengan sistem yang intensif. Tapi di sisi lain, ada yang bilang kampung inggris itu membosankan karena selama berbulan-bulan hanya belajar, belajar dan belajar. Wah, kamu harus langsung datang ke kampung inggris untuk merasakan betapa asiknya kegiatan selama di kampung inggris. Setelah datang dan merasakan langsung, pasti kamu akan bilang kalo kampung inggris membosankan itu hanya Mitos belaka ^_^ 
 
Banyak hal yang bisa kamu lakukan di kampung inggris selain belajar. Inilah mengapa banyak sekali orang dari luar Pare yang betah tinggal di kampung inggris. Apa saja yang bisa kamu dapatkan selain belajar? check this out. 
 
1. Pengalaman Baru 
 
Jangan tanya berapa banyak pengalaman yang bisa kamu dapatkan selama di kampung inggris. Pertama, dari hal yang paling sederhana kamu akan merasakan sensasi belajar bahasa inggris dengan cara yang asik dan berbeda dengan tempat kursus biasanya. Kamu bisa belajar bahasa inggris dimana saja dan kapan saja. Di kelas, di kosan, di tengah sawah, di warung makan, di pinggir jalan, di masjid, dan lainnya. Belajar bahasa inggris di kampung inggris tidak kenal waktu, karena kamu bebas bicara bahasa inggris 24 jam, tidak ada yang melarang, bahkan di camp kampung inggris kamu wajib berbahasa inggris. 
 
Kedua, kamu bisa menikmati pengalaman travelling di kampung inggris maupun di luar Pare, misalnya dengan tujuan Malang, Bromo, Kawah Ijen, Blitar, dan lain sebagainya. Berbeda dengan biasanya, kamu akan menikmati travelling bersama teman baru dengan biaya yang lebih murah. Ya, namanya juga kampung pelajar, biaya hidup termasuk travel relatif lebih murah di sini. Yang ketiga, kalau kamu tidak bisa pergi jauh ke luar Pare, kamu juga bisa menikmati aneka kuliner dan tempat nongkrong di kampung inggris. Mulai dari yang paling khas kampung inggris; ketan susu sampai makanan khas jepang; mie ramen juga ada disini. Pokoknya kamu tinggal pilih tempat yang cozy dan pas buat kantong deh di kampung inggris. Bukan hanya itu, kamu juga bisa selfie sesuka hati di sini. Bahkan, cabe-cabean cafe, salah satu rumah makan di kampung inggris mengadakan selfie contest yang berhadiah burger lho. Sedangkan di warung makan Oplostar, kamu bisa selfie dengan latar belakang unik seperti ini ^_^ 
 
 
2. Teman Baru 
 
Kampung inggris, setiap bulannya selalu didatangi ribuan pelajar yang ingin belajar bahasa inggris. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua, bahkan negara tetangga. Ramainya pelajar di kampung inggris otomatis membuat kampung ini tidak pernah sepi dari teman baru. Kemanapun pergi, kamu bisa punya teman baru disini, karena rata-rata pelajar di sini sesama perantau mereka lebih ramah dan bersahabat. Apalagi teman satu kelas dan satu camp/kosan, pasti kamu akan sering makan bareng, jalan bareng, belajar bareng. Intinya, suka duka selama di kampung inggris akan kamu tanggung bersama dengan teman-teman baru. 
 
Teman baru di kampung inggris, bukan hanya menjadi teman saat di sini, tapi kebanyakan persahabatan berlanjut bahkan sampai ada acara reuni kelas atau camp. Mendapat teman baru dari berbagai daerah dan latar belakang sama saja kamu sedang membangun jaringan. So, kalau suatu hari mungkin kamu pergi ke suatu daerah, kamu akan mendapat akomodasi dari teman di kampung inggris. Hebatnya lagi, bukan hanya teman untuk belajar, tapi banyak dari siswa yang juga menemukan pendamping hidupnya disini ^_^ 
 
3. Pengetahuan Baru 
 
Berawal dari banyaknya teman baru, pastinya mereka punya pengalaman juga dari tempat asalnya. Nah, di kampung inggris ini kamu bisa saling bertukar cerita dan pengalaman. Contohnya saja, kalau kamu punya teman dosen di kampung inggris, kamu bisa mendapatkan informasi tentang per-dosen-an. Selain itu, beragamnya suku dan kebudayaan kamu juga bisa belajar tentang adat istiadat dan kebiasaan temanmu dari berbagai daerah. Lumayan kan kalau kamu bisa  tau bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dengan belajar langsung pada empunya. 
 
4. Refreshing 
 
Meskipun tidak semua, namun tidak sedikit pelajar dan wisatawan kampung inggris yang datang adalah orang-orang yang baru saja melewati problem di tempat asalnya. Maka wajar saja, kalau dikatakan bahwa kampung inggris tempat pelarian yang elegan. Mereka yang belum lulus SBMPTN, ujian masuk perguruan tinggi, atau baru resign dari tempat kerja, bahkan mereka yang baru patah hati, memilih kampung inggris sebagai tempat “melarikan diri”. Bukan lari dari masalah, tapi lebih tepat jika dikatakan refreshing. Menginstall ulang hati, pikiran dan perenungan. Maklum, kampung inggris dikenal tempat yang nyaman dan tenteram untuk tinggal. Fasilitas disini juga lengkap. Ditambah lagi dengan banyaknya destinasi wisata sekitar kampung inggris, maka lengkap sudah kampung inggris sebagai sarana refreshing. 
 
5.  Manajemen Waktu 
 
Kampung inggris Pare bukan pesantren atau boarding school yang memiliki peraturan ketat dengan pengawas jadwal sehari-hari. Tetapi di sini, semua jadwal belajar, tidur, dan kebutuhan lain kita sendiri yang atur sesuai dengan jadwal kelas dari tempat kursus. Beberapa lembaga juga menerapkan sistem belajar intensif, yaitu jam belajar yang padat dalam sehari. Salah satu lembaga yang menerapkan sistem tersebut adalah LC Kampung Inggris yang berada di Jln. Langkat. Belajar di tempat kursus intensif seperti LC akan membuat mahir memanage waktu. Dengan jadwal padat, kamu dituntut istirahat yang cukup, juga menyelesaikan tugas-tugas harian, ditambah persiapan ujian tiap pekan. Konon, orang yang semakin sibuk akan semakin jago mengatur waktu. Dan orang yang management waktunya bagus, rata-rata adalah orang yang sukses. So, tunggu apalagi? ayo belajar memanage waktu di kampung inggris. 
 
6. Latihan Hidup Mandiri 
 
Siapa yang bisaa mengurus kebutuhan kamu sehari-hari? pasti kebanyakan adalah orang tua. Nah, bagaimana kalau kamu jauh dari orang tua? tentunya mau tidak mau kamu harus bertahan hidup dan memanage diri sendiri. Kebutuhan seperti makan, mencuci, membereskan kamar, kesehatan, semua kamu yang atur sendiir. Kondisi ini akan membuat kamu lebih mandiri, jadi tidak pelru bergantung lagi pada siapapun, justru kamu jadi bisa banyak membantu orang lain. Misalnya, bagi kamu yang biasanya harus dibangunkan orang tua pagi-pagi, kamu akan belajar bagaimana caranya bangun pagi tepat waktu tanpa ada ortu yang harus rewel ngebangunin kamu. Soal keuangan, kamu juga belajar hemat dan mengatur uang selama di kampung inggris. Syukur-syukur kamu bisa punya uang lebih untuk ditabung sepulang dari kampung inggris. Jadi, belajar di sini bisa merubah kamu yang tadinya agak manja, jadi lebih mandiri. 
 
7. Oleh-oleh Khas Kampung Inggris 
 
Tinggal di Kampung Inggris, rasanya kurang pas sebelum memiliki berbagai aksesoris serba kampung inggris. Misalnya kaos, gantungan kunci, stiker, tas, dan lain-lain. Kamu bisa menemukan aksesoris ini di sepanjang Jalan Brawijaya, Kampung Inggris. Ada berbagai distro yang menyediakan barang serba kampung inggris, mislanya yang terkenal adalah Pareholic yang berada di seberang ATM BRI Brawijaya. Tidak cukup dengan aksesoris? di Pare ataupun di Kota Kediri memiliki banyak menu kuliner yang bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Jadi, kampung inggris bukanlah kampung yang sepi dari distro dan pernak-pernik, kamu tinggal pilih dan sesuaikan dengan budget.

7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English

My Pare - 7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English – Kampung Inggris Pare seperti surga bagi mereka yang suka be...

Baca selengkapnya »

Kampung Inggris - Kampung Intelektual

Informasi 01.10

<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
 </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCqVF7Xdnx9TPAxgXnSS7zxu45GuWhWz1Ehl-F_nIe2x2uT62WNaNK3oLjXUwd1xq6O1v2uO_kfPE0M7wU8wGn9zNGkfuVp2ca5gk63Qhymq_50iz_-t2M9hS1B067-IUadDT-I_PGACao/s1600/my+pare+copy.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCqVF7Xdnx9TPAxgXnSS7zxu45GuWhWz1Ehl-F_nIe2x2uT62WNaNK3oLjXUwd1xq6O1v2uO_kfPE0M7wU8wGn9zNGkfuVp2ca5gk63Qhymq_50iz_-t2M9hS1B067-IUadDT-I_PGACao/s200/my+pare+copy.png" width="200" /></a></div>
 
<div style="text-align: left;">
My Pare - Kampung Inggris, Kampung Intelektual - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intelektual berarti kecerdasan atau sesuatu yang dilakukan berdasar ilmu pengetahuan. Intelektual sangat identik dengan keilmuan dan para pelajarnya. Banyak tempat intelektual yang bisa kita temui, misalnya di Universitas, di Sekolah, di Lembaga riset, dan sebagainya. Berbeda dengan tempat sakral tersebut, di Kabupaten Kediri terdapat sebuah kampung intelek. Kampung yang di dalamnya kental dengan suasana belajar dan dipadati ribuan anak muda hingga orang tua yang semuanya belajar bahasa inggris. Kampung itu dikenal dengan Kampung Inggris Pare. Entah siapa yang menjuluki kampung ini dengan sebutan kampung inggris, bahkan perintisnya, Muhmammad Kalend Osen pun tidak tahu tentang julukan ini. Nama kampung inggris muncul begitu saja dari orang-orang yang melihat ada banyak sekali lembaga kursus bahasa inggris di kampung ini. Hingga 2015, ada lebih dari 110 tempat kursus bahasa inggris dan bahasa asing lain seperti bahasa jerman, korea, jepang, mandarin, dan lainnya.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Inilah salah satu alasan mengapa Kampung Inggris disebut sebagai kampung intelektual, karena ada ratusan lembaga kursus dan ribuan pelajar yang berdatangan tiap bulannya. Ditambah dengan sistem belajar yang intensif di banyak lembaga, maka kampung ini semakin menunjukkan atmosfer belajar yang sangat kuat. Lokasi kampung inggris yang terletak di kecamatan Pare, Kabupaten Kediri ini tidak membuat para pelajar dari luar Pare bahkan luar Jawa merasa malas, bahkan mereka sangat bersemangat datang jauh-jauh ke Pare untuk belajar bahasa inggris. Di tempat ini, mereka menemukan lingkungan yang sangat kondusif untuk belajar inggris. Wajar saja, karena kemana mata memandang pasti sangat mudah melihat anak-anak muda sedang ngobrol dalam bahasa inggris.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Selain suasana belajar, kampung inggris juga punya suasana yang nyaman dan tenteram. Cocok bagi mereka yang fokus untuk belajar atau sekadar menenangkan diri. Tidak pernah ada keributan di kampung ini, bahkan relatif aman untuk pelajar yang datang dari luar daerah. Baru-baru ini, bahkan Polres Kediri berinisiatif membuat pasukan khusus Brigadir Kampung Inggris untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan di kampung inggris. Hal tersebut dirasa sangat perlu mengingat banyaknya pelajar di sini dari berbagai latar belakang. Dengan beragamnya penduduk di kampung inggris akan sangat memungkinkan kejahatan terjadi. Jadi, kehadiran Brigadir Kampung Inggris ini diharapkan kampung inggris tetap terjaga kenyamanannya.</div>
<div style="text-align: left;">
Aktivitas di Kampung Inggris</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Kampung intelektual, pastinya punya beragam aktivitas yang juga identik dengan ilmu pengetahuan. Ya, tentu saja kampung ini dipadati dengan kegiatan utamanya, yaitu belajar. Bukan hanya belajar bahasa inggris, namun juga bahasa asing lainnya. Seperti asrama khusus bagi yang belajar bahasa arab sangat tampak kental dengan aksen arabnya, termasuk lingkungan dan tempat belajar. Bukan hanya bahasa, tapi kampung inggris juga menyediakan kursus lain seperti kursus komputer. Intinya, kampung ini seperti sebuah pusat belajar bahasa bagi semua pelajar dari berbagai daerah di Indonesia.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Belajar di kampung inggris merupakan aktivitas yang menyenangkan. Banyak siswa yang awalnya membenci bahasa inggris kemudian bertemu dengan banyak metode belajar yang menyenangkan di kampung inggris, dan akhirnya mulai suka dengan bahasa asal Britania ini. Sistem belajar di kampung inggris yaitu serious but fun, alias serius tapi tetap menyenangkan. Selain tempat belajar yang nyaman seperti di kampung halaman sendiri, juga para tutor kampung inggris yang kebanyakan adalah anak muda. Pikiran muda dan fresh tentunya membuat sistem pengajaran di kampung inggris menjadi lebih menyenangkan.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Selain belajar di kelas, kampung intelektual ini juga penuh dengan diskusi. Berbagai tema didiskusikan entah dalam bahasa indonesia, bahasa inggris maupun bahasa asing lainnya. Beberapa tempat untuk berdiskusi yaitu di kelas ataupun forum informal yang dibuat sendiri berdasarkan inisiatif para pelajar di sini. Bahkan, obrolan yang terjadi di kampung inggris pun lebih intelek, karena mereka menjadikan ngobrol bahasa inggris sebagai budaya. Meskipun tidak 100% full dengan bahasa inggris, namun kebiasaan ini akan terus mengasah keahlian berbahasa inggris para siswa.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Aktivitas yang tak kalah menyenangkan adalah silaturahim di kampung inggris. Mulai dari para siswa yang awalnya tidak kenal hingga sangat akrab seperti kawan lama, sampai forum silaturahim seluruh lembaga kursus di kampung inggris. Dengan adanya silaturahim inilah yang membuat suasana kampung inggris sangat nyaman dan penuh kekeluargaan.</div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Apa saja ya aktivitas lain di kampung inggris pare kediri ini? baca selengkapnya di :  <a href="http://my-pare.blogspot.co.id/2016/01/7-hal-yang-kamu-dapat-di-kampung.html" target="_blank">7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English</a></div>
<div style="text-align: left;">
 </div>
<div style="text-align: left;">
Penasaran dengan Kampung Intelektual Kampung Inggris? langsung saja kunjungi kampung yang khas dengan bahasa inggris ini, dan buktikan sendiri serunya aktivitas belajar di sini. Sampai jumpa ^_^</div>

Kampung Inggris - Kampung Intelektual

My Pare - Kampung Inggris, Kampung Intelektual - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intelektual berarti kecerdasan atau sesuatu y...

Baca selengkapnya »

The Huntsman

Short Story 03.55

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOHJqeehuktcoG6-tATW65wjinds4OIq0fy7vSqqGr76Ad6yrJWnRiBLSpr3Qwtg-PY0vmhXAjjvGdCydSDQHcVxSj-6GHEt7_jJ7kSxPGTOvQigZyoO6_FfZ9aXmbUatMu8C17zhyaQcq/s1600/hunter-17414575.jpg" /></div>
 
 
A SULTRY, stifling midday. Not a cloudlet in the sky. . . . The sun-baked grass had a disconsolate, hopeless look: even if there were rain it could never be green again. . . . The forest stood silent, motionless, as though it were looking at something with its tree-tops or expecting something. 
 
At the edge of the clearing a tall, narrow-shouldered man of forty in a red shirt, in patched trousers that had been a gentleman's, and in high boots, was slouching along with a lazy, shambling step. He was sauntering along the road. On the right was the green of the clearing, on the left a golden sea of ripe rye stretched to the very horizon. He was red and perspiring, a white cap with a straight jockey peak, evidently a gift from some open-handed young gentleman, perched jauntily on his handsome flaxen head. Across his shoulder hung a game-bag with a blackcock lying in it. The man held a double-barrelled gun cocked in his hand, and screwed up his eyes in the direction of his lean old dog who was running on ahead sniffing the bushes. There was stillness all round, not a sound . . . everything living was hiding away from the heat. 
 
"Yegor Vlassitch!" the huntsman suddenly heard a soft voice. 
 
He started and, looking round, scowled. Beside him, as though she had sprung out of the earth, stood a pale-faced woman of thirty with a sickle in her hand. She was trying to look into his face, and was smiling diffidently. 
 
"Oh, it is you, Pelagea!" said the huntsman, stopping and deliberately uncocking the gun. "H'm! . . . How have you come here?" 
 
"The women from our village are working here, so I have come with them. . . . As a labourer, Yegor Vlassitch." 
 
"Oh . . ." growled Yegor Vlassitch, and slowly walked on. 
 
Pelagea followed him. They walked in silence for twenty paces. 
 
"I have not seen you for a long time, Yegor Vlassitch . . ." said Pelagea looking tenderly at the huntsman's moving shoulders. "I have not seen you since you came into our hut at Easter for a drink of water . . . you came in at Easter for a minute and then God knows how . . . drunk . . . you scolded and beat me and went away . . . I have been waiting and waiting . . . I've tired my eyes out looking for you. Ah, Yegor Vlassitch, Yegor Vlassitch! you might look in just once!" 
 
"What is there for me to do there?" 
 
"Of course there is nothing for you to do . . . though to be sure . . . there is the place to look after. . . . To see how things are going. . . . You are the master. . . . I say, you have shot a blackcock, Yegor Vlassitch! You ought to sit down and rest!" 
 
As she said all this Pelagea laughed like a silly girl and looked up at Yegor's face. Her face was simply radiant with happiness. 
 
"Sit down? If you like . . ." said Yegor in a tone of indifference, and he chose a spot between two fir-trees. "Why are you standing? You sit down too." 
 
Pelagea sat a little way off in the sun and, ashamed of her joy, put her hand over her smiling mouth. Two minutes passed in silence. 
 
"You might come for once," said Pelagea. 
 
"What for?" sighed Yegor, taking off his cap and wiping his red forehead with his hand. "There is no object in my coming. To go for an hour or two is only waste of time, it's simply upsetting you, and to live continually in the village my soul could not endure. . . . You know yourself I am a pampered man. . . . I want a bed to sleep in, good tea to drink, and refined conversation. . . . I want all the niceties, while you live in poverty and dirt in the village. . . . I couldn't stand it for a day. Suppose there were an edict that I must live with you, I should either set fire to the hut or lay hands on myself. From a boy I've had this love for ease; there is no help for it." 
 
"Where are you living now?" 
 
"With the gentleman here, Dmitry Ivanitch, as a huntsman. I furnish his table with game, but he keeps me . . . more for his pleasure than anything." 
 
"That's not proper work you're doing, Yegor Vlassitch. . . . For other people it's a pastime, but with you it's like a trade . . . like real work." 
 
"You don't understand, you silly," said Yegor, gazing gloomily at the sky. "You have never understood, and as long as you live you will never understand what sort of man I am. . . . You think of me as a foolish man, gone to the bad, but to anyone who understands I am the best shot there is in the whole district. The gentry feel that, and they have even printed things about me in a magazine. There isn't a man to be compared with me as a sportsman. . . . And it is not because I am pampered and proud that I look down upon your village work. From my childhood, you know, I have never had any calling apart from guns and dogs. If they took away my gun, I used to go out with the fishing-hook, if they took the hook I caught things with my hands. And I went in for horse-dealing too, I used to go to the fairs when I had the money, and you know that if a peasant goes in for being a sportsman, or a horse-dealer, it's good-bye to the plough. Once the spirit of freedom has taken a man you will never root it out of him. In the same way, if a gentleman goes in for being an actor or for any other art, he will never make an official or a landowner. You are a woman, and you do not understand, but one must understand that." 
 
"I understand, Yegor Vlassitch." 
 
"You don't understand if you are going to cry. . . ." 
 
"I . . . I'm not crying," said Pelagea, turning away. "It's a sin, Yegor Vlassitch! You might stay a day with luckless me, anyway. It's twelve years since I was married to you, and . . . and . . . there has never once been love between us! . . . I . . . I am not crying." 
 
"Love . . ." muttered Yegor, scratching his hand. "There can't be any love. It's only in name we are husband and wife; we aren't really. In your eyes I am a wild man, and in mine you are a simple peasant woman with no understanding. Are we well matched? I am a free, pampered, profligate man, while you are a working woman, going in bark shoes and never straightening your back. The way I think of myself is that I am the foremost man in every kind of sport, and you look at me with pity. . . . Is that being well matched?" 
 
"But we are married, you know, Yegor Vlassitch," sobbed Pelagea. 
 
"Not married of our free will. . . . Have you forgotten? You have to thank Count Sergey Paylovitch and yourself. Out of envy, because I shot better than he did, the Count kept giving me wine for a whole month, and when a man's drunk you could make him change his religion, let alone getting married. To pay me out he married me to you when I was drunk. . . . A huntsman to a herd-girl! You saw I was drunk, why did you marry me? You were not a serf, you know; you could have resisted. Of course it was a bit of luck for a herd-girl to marry a huntsman, but you ought to have thought about it. Well, now be miserable, cry. It's a joke for the Count, but a crying matter for you. . . . Beat yourself against the wall." 
 
A silence followed. Three wild ducks flew over the clearing. Yegor followed them with his eyes till, transformed into three scarcely visible dots, they sank down far beyond the forest. 
 
"How do you live?" he asked, moving his eyes from the ducks to Pelagea. 
 
"Now I am going out to work, and in the winter I take a child from the Foundling Hospital and bring it up on the bottle. They give me a rouble and a half a month." 
 
"Oh. . . ." 
 
Again a silence. From the strip that had been reaped floated a soft song which broke off at the very beginning. It was too hot to sing. 
 
"They say you have put up a new hut for Akulina," said Pelagea. 
 
Yegor did not speak. 
 
"So she is dear to you. . . ." 
 
"It's your luck, it's fate!" said the huntsman, stretching. "You must put up with it, poor thing. But good-bye, I've been chattering long enough. . . . I must be at Boltovo by the evening." 
 
Yegor rose, stretched himself, and slung his gun over his shoulder; Pelagea got up. 
 
"And when are you coming to the village?" she asked softly. 
 
"I have no reason to, I shall never come sober, and you have little to gain from me drunk; I am spiteful when I am drunk. Good-bye!" 
 
"Good-bye, Yegor Vlassitch." 
 
Yegor put his cap on the back of his head and, clicking to his dog, went on his way. Pelagea stood still looking after him. . . . She saw his moving shoulder-blades, his jaunty cap, his lazy, careless step, and her eyes were full of sadness and tender affection. . . . Her gaze flitted over her husband's tall, lean figure and caressed and fondled it. . . . He, as though he felt that gaze, stopped and looked round. . . . He did not speak, but from his face, from his shrugged shoulders, Pelagea could see that he wanted to say something to her. She went up to him timidly and looked at him with imploring eyes. 
 
"Take it," he said, turning round. 
 
He gave her a crumpled rouble note and walked quickly away. 
 
"Good-bye, Yegor Vlassitch," she said, mechanically taking the rouble. 
 
He walked by a long road, straight as a taut strap. She, pale and motionless as a statue, stood, her eyes seizing every step he took. But the red of his shirt melted into the dark colour of his trousers, his step could not be seen, and the dog could not be distinguished from the boots. Nothing could be seen but the cap, and . . . suddenly Yegor turned off sharply into the clearing and the cap vanished in the greenness. 
 
"Good-bye, Yegor Vlassitch," whispered Pelagea, and she stood on tiptoe to see the white cap once more.

The Huntsman

A SULTRY, stifling midday. Not a cloudlet in the sky. . . . The sun-baked grass had a disconsolate, hopeless look: even if there were ra...

Baca selengkapnya »

Eveline

Short Story 03.52

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiznP9djdyCu7DgjE6-aucak9f2_K6-CzwIQ6HR2y98a4-F38R-7reuQxqQaTGja36QNFyE5AxKZeckThrxOE2880HU53Mjl6LVYar9sQVFNmlweqhQgqeVFOGgS_MWMj1xouWapHczgcmU/s320/random_girl_animation_by_chocogingerfingers.gif" width="320" /></div>
 
 
SHE sat at the window watching the evening invade the avenue. Her head was leaned against the window curtains and in her nostrils was the odour of dusty cretonne. She was tired. 
 
Few people passed. The man out of the last house passed on his way home; she heard his footsteps clacking along the concrete pavement and afterwards crunching on the cinder path before the new red houses. One time there used to be a field there in which they used to play every evening with other people's children. Then a man from Belfast bought the field and built houses in it -- not like their little brown houses but bright brick houses with shining roofs. The children of the avenue used to play together in that field -- the Devines, the Waters, the Dunns, little Keogh the cripple, she and her brothers and sisters. Ernest, however, never played: he was too grown up. Her father used often to hunt them in out of the field with his blackthorn stick; but usually little Keogh used to keep nix and call out when he saw her father coming. Still they seemed to have been rather happy then. Her father was not so bad then; and besides, her mother was alive. That was a long time ago; she and her brothers and sisters were all grown up her mother was dead. Tizzie Dunn was dead, too, and the Waters had gone back to England. Everything changes. Now she was going to go away like the others, to leave her home. 
 
Home! She looked round the room, reviewing all its familiar objects which she had dusted once a week for so many years, wondering where on earth all the dust came from. Perhaps she would never see again those familiar objects from which she had never dreamed of being divided. And yet during all those years she had never found out the name of the priest whose yellowing photograph hung on the wall above the broken harmonium beside the coloured print of the promises made to Blessed Margaret Mary Alacoque. He had been a school friend of her father. Whenever he showed the photograph to a visitor her father used to pass it with a casual word: 
 
"He is in Melbourne now." 
 
She had consented to go away, to leave her home. Was that wise? She tried to weigh each side of the question. In her home anyway she had shelter and food; she had those whom she had known all her life about her. O course she had to work hard, both in the house and at business. What would they say of her in the Stores when they found out that she had run away with a fellow? Say she was a fool, perhaps; and her place would be filled up by advertisement. Miss Gavan would be glad. She had always had an edge on her, especially whenever there were people listening. 
 
"Miss Hill, don't you see these ladies are waiting?" 
 
"Look lively, Miss Hill, please." 
 
She would not cry many tears at leaving the Stores. 
 
But in her new home, in a distant unknown country, it would not be like that. Then she would be married -- she, Eveline. People would treat her with respect then. She would not be treated as her mother had been. Even now, though she was over nineteen, she sometimes felt herself in danger of her father's violence. She knew it was that that had given her the palpitations. When they were growing up he had never gone for her like he used to go for Harry and Ernest, because she was a girl but latterly he had begun to threaten her and say what he would do to her only for her dead mother's sake. And no she had nobody to protect her. Ernest was dead and Harry, who was in the church decorating business, was nearly always down somewhere in the country. Besides, the invariable squabble for money on Saturday nights had begun to weary her unspeakably. She always gave her entire wages -- seven shillings -- and Harry always sent up what he could but the trouble was to get any money from her father. He said she used to squander the money, that she had no head, that he wasn't going to give her his hard-earned money to throw about the streets, and much more, for he was usually fairly bad on Saturday night. In the end he would give her the money and ask her had she any intention of buying Sunday's dinner. Then she had to rush out as quickly as she could and do her marketing, holding her black leather purse tightly in her hand as she elbowed her way through the crowds and returning home late under her load of provisions. She had hard work to keep the house together and to see that the two young children who had been left to hr charge went to school regularly and got their meals regularly. It was hard work -- a hard life -- but now that she was about to leave it she did not find it a wholly undesirable life. 
 
She was about to explore another life with Frank. Frank was very kind, manly, open-hearted. She was to go away with him by the night-boat to be his wife and to live with him in Buenos Ayres where he had a home waiting for her. How well she remembered the first time she had seen him; he was lodging in a house on the main road where she used to visit. It seemed a few weeks ago. He was standing at the gate, his peaked cap pushed back on his head and his hair tumbled forward over a face of bronze. Then they had come to know each other. He used to meet her outside the Stores every evening and see her home. He took her to see The Bohemian Girl and she felt elated as she sat in an unaccustomed part of the theatre with him. He was awfully fond of music and sang a little. People knew that they were courting and, when he sang about the lass that loves a sailor, she always felt pleasantly confused. He used to call her Poppens out of fun. First of all it had been an excitement for her to have a fellow and then she had begun to like him. He had tales of distant countries. He had started as a deck boy at a pound a month on a ship of the Allan Line going out to Canada. He told her the names of the ships he had been on and the names of the different services. He had sailed through the Straits of Magellan and he told her stories of the terrible Patagonians. He had fallen on his feet in Buenos Ayres, he said, and had come over to the old country just for a holiday. Of course, her father had found out the affair and had forbidden her to have anything to say to him. 
 
"I know these sailor chaps," he said. 
 
One day he had quarrelled with Frank and after that she had to meet her lover secretly. 
 
The evening deepened in the avenue. The white of two letters in her lap grew indistinct. One was to Harry; the other was to her father. Ernest had been her favourite but she liked Harry too. Her father was becoming old lately, she noticed; he would miss her. Sometimes he could be very nice. Not long before, when she had been laid up for a day, he had read her out a ghost story and made toast for her at the fire. Another day, when their mother was alive, they had all gone for a picnic to the Hill of Howth. She remembered her father putting on her mothers bonnet to make the children laugh. 
 
Her time was running out but she continued to sit by the window, leaning her head against the window curtain, inhaling the odour of dusty cretonne. Down far in the avenue she could hear a street organ playing. She knew the air Strange that it should come that very night to remind her of the promise to her mother, her promise to keep the home together as long as she could. She remembered the last night of her mother's illness; she was again in the close dark room at the other side of the hall and outside she heard a melancholy air of Italy. The organ-player had been ordered to go away and given sixpence. She remembered her father strutting back into the sickroom saying: 
 
"Damned Italians! coming over here!" 
 
As she mused the pitiful vision of her mother's life laid its spell on the very quick of her being -- that life of commonplace sacrifices closing in final craziness. She trembled as she heard again her mother's voice saying constantly with foolish insistence: 
 
"Derevaun Seraun! Derevaun Seraun!" 
 
She stood up in a sudden impulse of terror. Escape! She must escape! Frank would save her. He would give her life, perhaps love, too. But she wanted to live. Why should she be unhappy? She had a right to happiness. Frank would take her in his arms, fold her in his arms. He would save her. 
 
She stood among the swaying crowd in the station at the North Wall. He held her hand and she knew that he was speaking to her, saying something about the passage over and over again. The station was full of soldiers with brown baggages. Through the wide doors of the sheds she caught a glimpse of the black mass of the boat, lying in beside the quay wall, with illumined portholes. She answered nothing. She felt her cheek pale and cold and, out of a maze of distress, she prayed to God to direct her, to show her what was her duty. The boat blew a long mournful whistle into the mist. If she went, tomorrow she would be on the sea with Frank, steaming towards Buenos Ayres. Their passage had been booked. Could she still draw back after all he had done for her? Her distress awoke a nausea in her body and she kept moving her lips in silent fervent prayer. 
 
A bell clanged upon her heart. She felt him seize her hand: 
 
"Come!" 
 
All the seas of the world tumbled about her heart. He was drawing her into them: he would drown her. She gripped with both hands at the iron railing. 
 
"Come!" 
 
No! No! No! It was impossible. Her hands clutched the iron in frenzy. Amid the seas she sent a cry of anguish. 
 
"Eveline! Evvy!" 
 
He rushed beyond the barrier and called to her to follow. He was shouted at to go on but he still called to her. She set her white face to him, passive, like a helpless animal. Her eyes gave him no sign of love or farewell or recognition.

Eveline

SHE sat at the window watching the evening invade the avenue. Her head was leaned against the window curtains and in her nostrils was th...

Baca selengkapnya »

Kampung Inggris - My Pare | Speaking | Grammar | Vocab | Pronoun | Sound Structure | Kampung Bahasa

Quick Guide

Sejarah Kampung Inggris

Mitos Tentang Kampung Inggris

7 Hal yang Kamu Dapat Di Kampung Inggris Selain Belajar English

Kampung Inggris - Kampung Intelektual

The Huntsman

Eveline

Informasi

Informasi

Short Story

Gallery